ASPIRASIKALTIM.COM – Desa Rapak Lambur, Kecamatan Tenggarong, kini menjadi salah satu titik strategis pengembangan kawasan pertanian di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), dengan luas lahan sawah lebih dari 100 hektare, desa ini masuk dalam skema optimasi lahan sebagai bagian dari prioritas pembangunan sektor pertanian daerah.
Salah satu langkah kunci yang diambil adalah mengatasi masalah klasik pertanian Rapak Lambur yaitu kekurangan dan kelebihan air dalam waktu bersamaan.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kukar, Muhammad Taufik, mengungkapkan bahwa sejak 2022 hingga saat ini, pemerintah daerah telah menjalankan instruksi Bupati untuk mendorong peningkatan indeks tanam padi di wilayah ini.
“Uniknya paham pertanian di sana satu sisi, ada sawah yang kekurangan air, terutama di bagian ujung, di sisi lain, saat musim penghujan, banyak area justru cepat tergenang,” jelasnya, pada Jumat (20/6/2025).
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah membangun sistem pipanisasi sejak 2023, dilanjutkan di 2024, saat ini Pipa-pipa tersebut berfungsi menyalurkan air dari pompa besar milik Balai Wilayah Sungai (BWS), guna menopang wilayah yang kekurangan pasokan air.
Sementara itu, untuk pengendalian genangan, Distanak Kukar sudah melakukan kerjasama lintas sektor bersama Dinas PU Kukar untuk membangun pintu air besar.
“Langkah-langkah ini bersamaan, jadi ada pengendalian banjir sekaligus penguatan masa tanam, targetnya lahan yang sebelumnya hanya bisa ditanami satu kali setahun bisa meningkat jadi dua kali, bahkan tiga kali dalam satu tahun,” katanya.
Rapak Lambur sendiri bukan hanya penghasil padi, tapi juga telah berkembang menjadi kawasan hortikultura dengan komoditas sayuran dan buah-buahan, desa ini diproyeksikan menjadi sentra utama produksi pangan Kukar di kawasan Kecamatan Tenggarong, bersama lima wilayah lainnya: Maluhu, Mangkurawang, Bukit Biru, dan Jahab.
Namun beberapa lahan di Rapak Lambur masih belum dibuka sama sekali Pemerintah tengah mengkaji kemungkinan pemanfaatan air dari bekas void tambang sebagai sumber irigasi alternatif.
Olehkarena itu, pendekatan ini dilakukan hati-hati dengan melibatkan Dinas Lingkungan Hidup dan instansi teknis lainnya.
“Void bekas tambang memang punya potensi sebagai sumber air, tapi harus dipastikan aman untuk pertanian, ini masih dalam tahap studi dan koordinasi lintas sektor,” ungkapnya.
Program optimasi lahan sendiri tidak hanya menyasar Kecamatan Tenggarong sendiri. Beberapa kecamatan lain seperti Marangkayu, Anggana, dan Samboja juga mendapat intervensi serupa melalui pendanaan dari APBN.
“Optimasi ini tidak hanya soal indeks tanam, tapi juga peningkatan produktivitas melalui perbaikan infrastruktur tani, terutama irigasi dan jalan usaha tani,” tutupnya. (adv/Am)
Posted in Diskominfo Kukar
Teks foto : Foto bersama Wali Kota…
PT Piaggio Indonesia resmi meluncurkan Vespa terbaru,…
M. Ibnu Ridho Ketua BEM Unikarta dan…
Teks foto : Anggota Komisi IV DPRD…
Foto : Asisten I Bidang Pemerintahan dan…
Pengunjung Hari Ini: [statistik_kunjungan stat=today_visitors]
Kunjungan Hari Ini: [statistik_kunjungan stat=today_visits]
Total Pengunjung: [statistik_kunjungan stat=total_visitors]
Total Kunjungan: [statistik_kunjungan stat=total_visits]
Pengunjung Online: [statistik_kunjungan stat=online]