ASPIRASIKALTIM.COM – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Sekolah Inklusi jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 2025. Kegiatan berlangsung di Hotel Grand Fatma Tenggarong, pada 29–30 September 2025, dengan diikuti 40 peserta dari 19 sekolah, terdiri dari 16 sekolah negeri dan 3 sekolah swasta, yang berasal dari berbagai kecamatan seperti Tabang, Kembang Janggut, Muara Muntai hingga Tenggarong.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Afrilian Noof, didampingi Plt Kepala Bidang Pembinaan SMP, Emy Rosana Saleh. Materi utama yang diberikan berfokus pada manajemen pendidikan inklusif, serta peningkatan kapasitas guru untuk memahami peran Guru Pembimbing Khusus (GPK) yang menjadi kunci dalam mendampingi peserta didik dengan kebutuhan khusus.
Dalam keterangannya, Kepala Disdikbud Kukar Tauhid menegaskan bahwa sekolah tidak boleh menolak anak-anak istimewa hanya karena keterbatasan pemahaman atau sarana.
“Saya sampaikan bahwa memang kita tidak boleh menolak anak-anak yang dianggap istimewa, mereka mungkin berbeda dari yang lain, tapi tetap punya hak untuk belajar di sekolah umum,” ujarnya.
Tauhid juga menyoroti tantangan utama yang dihadapi sekolah, yaitu keterbatasan sumber daya manusia (SDM) guru yang terlatih khusus dalam menangani anak-anak inklusi.
“Tidak semua guru memiliki dasar keilmuan untuk itu, kadang sekolah menolak karena tidak punya guru inklusi. Inilah yang coba kita siapkan, supaya semua sekolah bisa menerima anak-anak istimewa,” jelasnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya pemahaman orang tua agar lebih realistis dalam menentukan sekolah anaknya. Menurutnya, pendidikan inklusif di sekolah reguler berbeda dengan layanan di SLB, sehingga dibutuhkan keseimbangan antara kebutuhan anak dan kemampuan sekolah.
Bimtek sekolah inklusi sendiri telah rutin dilaksanakan setiap tahun oleh Disdikbud Kukar untuk jenjang PAUD, SD, maupun SMP. Tujuannya agar semakin banyak sekolah memiliki guru yang kompeten, serta data sekolah inklusi dapat dipetakan secara jelas.
“Harapannya, ke depan kita punya data sekolah mana saja yang siap melayani anak inklusi, lengkap dengan guru pembimbingnya. Sekolah juga harus menyiapkan fasilitas yang ramah, agar anak-anak dengan kebutuhan khusus bisa belajar dengan nyaman,” pungkas Thauhid. (adv/Am)