Yusrul: Proyek Pintu Air Mandek, Samarinda Butuh Kemandirian Atasi Banjir

ASPIRASIKALTIM.COM – Upaya Pemerintah Kota Samarinda membangun pintu air sebagai solusi permanen banjir belum menunjukkan kepastian.

Proyek yang digadang-gadang menjadi terobosan pengendalian banjir itu masih tertahan di tahap perencanaan, tanpa kejelasan anggaran.

Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Yusrul Hana, menyoroti belum adanya langkah konkret dari pemerintah kota untuk mengatasi ketergantungan terhadap dana pusat.

Menurutnya, jika terus bergantung pada bantuan pemerintah pusat, maka penanganan banjir hanya akan sebatas wacana.

“Sudah waktunya ada strategi lokal yang kuat. Tidak bisa setiap tahun kita berharap turun tangan dari pusat sementara banjir datang terus-menerus,” ujar Yusrul, Senin (30/6/2025).

Rencana pembangunan pintu air di Sungai Karang Mumus dan Sungai Mahakam diperkirakan menelan biaya hingga Rp700 miliar.

Namun, beban anggaran yang besar membuat Pemkot memilih menunggu sokongan dari Kementerian PUPR, alih-alih menyusun pola pembiayaan bertahap melalui APBD.

Teknologi yang akan digunakan disebut-sebut mirip sistem pengendali pasang di Pantai Indah Kapuk, Jakarta, yang mampu mengatur arus air dari dua arah.

Namun tanpa dukungan anggaran yang jelas, rencana tersebut belum bisa diwujudkan.

“Secara konsep ini menjanjikan, tapi kalau tak disiapkan dari sekarang, hanya jadi gambar di atas kertas,” ucapnya.

Yusrul juga mengkritik lambannya progres perbaikan saluran drainase dan normalisasi sungai yang selama ini jadi proyek rutin pemerintah kota.

Ia menyebut belum ada dampak signifikan yang dirasakan warga.

Ia mendorong pemerintah kota menyusun skema pembiayaan alternatif seperti kerjasama publik-swasta atau skema multiyears yang memungkinkan proyek dijalankan secara bertahap dan berkelanjutan.

“Penanganan banjir butuh keberanian politik dan perencanaan yang realistis. Kemandirian pembiayaan harus mulai dibangun dari sekarang,” tegas Yusrul. (Adv)