Maswedi: Segiri Harus Dijaga Sebagai Ruang Sosial, Bukan Sekadar Objek Penataan Kota

9afa2cc168221109f8aa1dbe8002b224
Admin |

Jul 3, 2025

Enter description text here. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing. Quo incidunt ullamco.

Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Maswedi (istimewa).

ASPIRASIKALTIM.COM – Di tengah geliat urbanisasi dan tekanan pembangunan kota, wajah Pasar Segiri kini pelan-pelan mengalami perubahan fisik.

Namun, di balik proyek penataan itu, muncul kekhawatiran akan hilangnya fungsi sosial pasar sebagai ruang interaksi warga.

Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Maswedi, mengingatkan bahwa Segiri bukan sekadar ruang niaga, melainkan simpul kehidupan masyarakat yang harus dijaga nilai kemanusiaannya.

Ia menyebut, geliat para pedagang, pengunjung, dan pelaku informal di lorong-lorong Segiri tak bisa serta merta digeser atas nama estetika dan keteraturan.

“Pasar itu bukan hanya urusan dagang. Di sana ada jaringan sosial yang terbentuk puluhan tahun. Kalau kita hanya lihat dari sisi tata kota, kita bisa kehilangan nilai-nilai itu,” ujar Maswedi, Kamis (3/7/2025).

Ia menyoroti bahwa banyak program penataan cenderung terfokus pada fisik: lahan parkir, jalan akses, atau pembongkaran lapak.

Padahal, menurutnya, proses penataan juga harus menghormati ritme sosial dan budaya masyarakat pasar.

“Kalau tiba-tiba semua diubah tanpa pendekatan yang manusiawi, ya wajar kalau masyarakat menolak atau bingung menyesuaikan,” katanya.

Maswedi mendorong agar pemerintah tidak menanggapi Pasar Segiri hanya sebagai sumber kemacetan atau kawasan kumuh yang harus dibereskan.

Sebaliknya, pasar tradisional ini harus dipahami sebagai ruang publik yang hidup dan bernilai historis bagi warga Samarinda.

“Jangan sampai Segiri kehilangan jiwanya karena dikejar target pembangunan. Kita harus ingat, Segiri itu denyut ekonomi kerakyatan, bukan mal yang bisa disulap dengan blueprint,” tegasnya.

Ia mengakui bahwa perubahan memang dibutuhkan, apalagi untuk menghadirkan lingkungan yang lebih tertib dan aman.

Namun, menurutnya, keberhasilan penataan harus diukur bukan hanya dari berkurangnya kendaraan parkir sembarangan, tapi juga dari seberapa besar masyarakat masih merasa nyaman dan terwakili.

“Yang dibenahi jangan hanya trotoar dan drainase. Tapi juga relasi sosial di dalamnya. Itu yang membuat pasar tetap hidup,” ucapnya.

Maswedi juga menyoroti perlunya dialog rutin antara pemerintah, pedagang, dan komunitas warga pasar agar semua kebijakan tidak berjalan sepihak.

Ia menganggap keberhasilan revitalisasi Segiri hanya mungkin terjadi jika dilandasi rasa saling percaya.

“Kita tidak ingin Segiri sekadar jadi pasar rapi tapi sepi. Yang kita butuhkan adalah ruang kota yang tetap manusiawi di tengah modernisasi,” pungkasnya. (Adv)

Posted in

Berita Lainnya

Baca Juga

PDPM Kukar Gelar Khitanan Massal Secara Gratis Untuk Anak-anak Kurang Mampu

Ketua PDPM Kukar (AK.Com) ASPIRASIKALTIM.COM, Kukar –…

Ratusan Guru Matematika Tingkat SMP Ramaikan Forum MGMP Garapan Disdikbud Kukar

MGMP Matematika (SN.Com) ASPIRASIKALTIM.COM, Kukar – Dinas…

DPRD Samarinda Berencana Relokasi Korban Longsor Di Sungai Keledang

Teks foto : Ilustrasi tanah longsor di…

Pos Populer

Pengunjung

Pengunjung Hari Ini: [statistik_kunjungan stat=today_visitors]

Kunjungan Hari Ini:  [statistik_kunjungan stat=today_visits]

Total Pengunjung: [statistik_kunjungan stat=total_visitors]

Total Kunjungan: [statistik_kunjungan stat=total_visits]

Pengunjung Online: [statistik_kunjungan stat=online]